Salah satu
masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas jagung adalah
penanaman yang sering tertunda. Pada lahan kering beriklim kering seperti di
Kecamatan Poto Tano dengan curah hujan terbatas dan eratik, penanaman jagung
harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami kekeringan.
Di daerah
dengan curah hujan terbatas, penanaman jagung tidak dapat ditunda. Penundaan
waktu tanam menyebabkan tanaman mengalami kekeringan atau bahkan gagal panen.
Masalah yang dihadapi dalam penyiapan lahan adalah tanah yang keras pada saat
kering, atau lengket pada saat basah. Dalam kondisi demikian, teknik tanpa olah
tanah (TOT) dapat diterapkan.
Beberapa
cara penyiapan lahan yang kini banyak diperkenalkan adalah :
1.
Tanpa Olah Tanah (zero tillage)
Merupakan cara penanaman yang tidak
memerlukan penyiapan lahan, kecuali membuka lubang kecil tempat meletakkan
benih. Di negara-negara maju peletakan benih menggunakan alat berat planter yang dilengkapi disk opener, sedangkan di negara-negara
berkembang, seperti Indonesia umumnya masih menggunakan tongkat kayu yang
diruncingkan di bagian ujungnya (tugal).
2.
Olah Tanah Seperlunya (reduced tillage)
Merupakan cara pengolahan tanah dengan
mengurangi frekuensi pengolahan. Pada tanah yang bertekstur berat, pengolahan
dilakukan sekali dalam setahun, sedangkan untuk tanah yang bertekstur lebih
ringan, pengolahan tanah dapat dilakukan pengolahan sekali dalam dua tahun.
3.
Olah Tanah Strip (strip tillage)
Merupakan cara pengolahan tanah yang
dilakukan hanya pada strip-strip atau alur-alur yang akan ditanami. Pada lahan
yang rata, pembuatan strip biasanya mengikuti Timur-Barat atau disesuaikan
dengan bentuk kebun. Tetapi pada tanah berlereng, pembuatan strip dilakukan
mengikuti kontur. Bagian lahan di antara dua strip dibiarkan tidak terganggu
atau diolah. Sisa-sisa tanaman disebarkan sebagai mulsa di antara dua strip,
dan menyisakan zona sekitar strip tanpa adanya mulsa.
Cara
penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah
bertekstur berat perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah bertekstur
ringan sampai sedang dapat disiapkan dengan teknik olah tanah konservasi
seperti olah tanah minimum (OTM) atau TOT. Pada tanah bertekstur ringan,
sedang, dan berat, penyiapan lahan dengan sistem TOT dan gulma disemprot dengan
herbisida berbahan aktif glifosat sebanyak 3 l/ha, hasil jagung tidak berbeda
antartekstur tanah.
Di
beberapa tempat, hasil jagung dengan teknologi TOT lebih baik dibanding teknik
olah tanah sempurna (OTS) maupun OTM. Dalam budi daya jagung pada lahan kering
di Kecamatan Poto Tano diketahui bahwa, teknik TOT memberikan keuntungan yang
tidak terlalu berbeda dibanding teknik OTS. Keunggulan teknik TOT di sini
adalah mengurangi biaya untuk pengolahan tanah. Hasil yang lebih tinggi dari
teknik TOT diperoleh pada kondisi lingkungan tumbuh tanaman yang lebih baik,
terutama dari aspek kecukupan lengas tanah.
- Penanaman jagung di wilayah kering harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami cekaman kekeringan.
- Penyiapan lahan yang dipraktekkan petani, gulma terlebih dahulu disemprot herbisida, kemudian langsung dibuat alur untuk penanaman jagung menggunakan hand tractor (strip tillage).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar