Jumat, 14 Oktober 2011

PENGOLAHAN TANAH UNTUK BUDIDAYA JAGUNG


Salah satu masalah yang dihadapi dalam upaya peningkatan produktivitas jagung adalah penanaman yang sering tertunda. Pada lahan kering beriklim kering seperti di Kecamatan Poto Tano dengan curah hujan terbatas dan eratik, penanaman jagung harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami kekeringan.
Di daerah dengan curah hujan terbatas, penanaman jagung tidak dapat ditunda. Penundaan waktu tanam menyebabkan tanaman mengalami kekeringan atau bahkan gagal panen. Masalah yang dihadapi dalam penyiapan lahan adalah tanah yang keras pada saat kering, atau lengket pada saat basah. Dalam kondisi demikian, teknik tanpa olah tanah (TOT) dapat diterapkan.
Beberapa cara penyiapan lahan yang kini banyak diperkenalkan adalah :
1.      Tanpa Olah Tanah (zero tillage)
Merupakan cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan lahan, kecuali membuka lubang kecil tempat meletakkan benih. Di negara-negara maju peletakan benih menggunakan alat berat planter yang dilengkapi disk opener, sedangkan di negara-negara berkembang, seperti Indonesia umumnya masih menggunakan tongkat kayu yang diruncingkan di bagian ujungnya (tugal).
2.      Olah Tanah Seperlunya (reduced tillage)
Merupakan cara pengolahan tanah dengan mengurangi frekuensi pengolahan. Pada tanah yang bertekstur berat, pengolahan dilakukan sekali dalam setahun, sedangkan untuk tanah yang bertekstur lebih ringan, pengolahan tanah dapat dilakukan pengolahan sekali dalam dua tahun.
3.      Olah Tanah Strip (strip tillage)
Merupakan cara pengolahan tanah yang dilakukan hanya pada strip-strip atau alur-alur yang akan ditanami. Pada lahan yang rata, pembuatan strip biasanya mengikuti Timur-Barat atau disesuaikan dengan bentuk kebun. Tetapi pada tanah berlereng, pembuatan strip dilakukan mengikuti kontur. Bagian lahan di antara dua strip dibiarkan tidak terganggu atau diolah. Sisa-sisa tanaman disebarkan sebagai mulsa di antara dua strip, dan menyisakan zona sekitar strip tanpa adanya mulsa.
Cara penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah bertekstur berat perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah bertekstur ringan sampai sedang dapat disiapkan dengan teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum (OTM) atau TOT. Pada tanah bertekstur ringan, sedang, dan berat, penyiapan lahan dengan sistem TOT dan gulma disemprot dengan herbisida berbahan aktif glifosat sebanyak 3 l/ha, hasil jagung tidak berbeda antartekstur tanah.
Di beberapa tempat, hasil jagung dengan teknologi TOT lebih baik dibanding teknik olah tanah sempurna (OTS) maupun OTM. Dalam budi daya jagung pada lahan kering di Kecamatan Poto Tano diketahui bahwa, teknik TOT memberikan keuntungan yang tidak terlalu berbeda dibanding teknik OTS. Keunggulan teknik TOT di sini adalah mengurangi biaya untuk pengolahan tanah. Hasil yang lebih tinggi dari teknik TOT diperoleh pada kondisi lingkungan tumbuh tanaman yang lebih baik, terutama dari aspek kecukupan lengas tanah. 
  •    Penanaman jagung di wilayah kering harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami cekaman kekeringan.
  •  Penyiapan lahan yang dipraktekkan petani, gulma terlebih dahulu disemprot herbisida, kemudian langsung dibuat alur untuk penanaman jagung menggunakan hand tractor (strip tillage).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar